“Angkat saja capres yang kamu dukung. Jangan menjatuhkan yang jadi lawanmu. Kampanye yang bermartabat”
Gua sering dengar & baca ucapan di atas. Seringkali mengacu kepada gua yang belakangan sering mengangkat hal-hal negative dari kubu Prabowo.
Pertama tama, bukan ucapan saya yang membuat dia jatuh, melainkan tindakannya sendiri.
Kedua, ada bedanya Negative campaign & Black campaign.
Negative campaign: Mengangkat hal hal negative dari lawan yang benar adanya & berdasarkan fakta
Black campaign: Mengangkat hal negative dari lawan yang tidak berdasarkan fakta alias fitnah.
Secara moral, yang pertama menurut saya WAJIB dilakukan demi kemaslahatan orang banyak.
Terus terang bagi gua sangat bersalah kalau saya diam saja & tidak melakukan negative campaign.
Sederhananya begini, misalnya adik perempuan anda mau menikah dengan laki laki yang anda tahu persis suka mukul perempuan.
Masak anda diam saja dengan kenyataan yang anda tahu? Anda tega kepada adil perempuan anda?
Atau, di RT anda ada pemilihan Ketua RT. Lalu anda tahu persis secara fakta bahwa orang ini pernah dipenjara karena sodomi anak anak di bawah umur.
Okelah dia sudah “menjalani hukuman” tapi masak anda tidak bilang sama sekali tentang hal itu? Setidaknya warga RT tahu masa lalunya & kalau mereka memutuskan untuk tetap jadikan orang ini sebagai ketua RT ya itulah pilihan warga. Tapi setidaknya anda sudah memberi tahu.
Daripada anda diam saja & kemudian kejadian lagi praktek sodom oleh orang ini & anda akan diliputi rasa bersalah.
Karenanya, secara moral saya tidak bisa diam saja. Buat saya diam saja itu salah ketika anda lihat ada kejahatan di depan mata.
Pertanyaannya kemudian: Lalu bedain mana negative & black campaign bagaimana?
Ya inilah mengapa saat ini pilpres jadi ramai & bising. Karena informasi dilemparkan untuk saling mendukung atau melawan isu yang ada.
Sebagai rakyat Indonesia yang hidup di era informasi terbuka, yang diberkahi dengan kebebasan berpendapat: Cerdaslah. Baca sebanyak banyaknya dan berpikirlah.
Betul, media banyak dikooptasi kubu kubu capres tapi anda serap semua dan saring dengan akal anda. Baca buku. Dengarkan diskusi. Berbincanglah dengan teman. Perhatikan tweet orang orang yang anda percayai.
Lalu, kembali pikirkan.
Itulah maknanya hidup di Republik Indonesia, negara demokrasi yang muda