Beberapa
hari lalu, beberapa teman-teman saya mengaku sangat patah hati dengan tindak
tunduk kekuasaan atas kepemimpinan Jokowi. Mereka merasa kecewa dan tidak
menyangka Jokowi akan seperti ini. Lalu, saya berkata kepada mereka bahwa
mereka sebenarnya terlalu ber-ekspektasi tinggi. Tidak ada “Juru Selamat” dalam
berpolitik, “Satria Piningit ?” itu tidak nyata dalam kancah dunia politik.
Bimbang
dan kekhawatiran turut dalam penat mereka. Lalu, Mengapa Harga BBM (Bahan Bakar
Minyak) selalu berubah? Selalu naik turun? Negara kita bukan Liberalisme yang
masyarakatnya sudah makmur. Mungkinkah bila Jokowi tidak menjadi Presiden akan
bisa normal kembali harga BBM ? Atau siapapun yang menjadi Presiden, apakah
bisa bertahan dengan tidak menaikkan harga BBM ? Kita sebagai rakyat tentu akan
selalu menuntut untuk kebutuhan dan keperluan sehari-hari, tanpa memandang
beban yang diemban oleh sang Presiden. Tatkala waktu terus berjalan nampaklah
kekesalan mulai berdatangan atas keputusan sang Presiden untuk menaikkan Harga
BBM. Bukan hanya harga BBM saja, tetapi kebutuhan pokok pun ikut menjadi dampak
dari kenaikkan harga BBM dan perekonomian Indonesia jadi terganggu, rakyat yang
kaya semakin kaya, rakyat yang miskin semakin sengsara. Lantas, Bodohkah
Presiden kita? Salah Memilih Presidenkah kita?
Bagi
saya, siapapun Presidennya tetaplah manusia. Ya, sama seperti kita, memulai dengan
karir pasti ada gejolak dan tidak ada yang mulus. Semua keputusan yang diambil
Jokowi turut jadi bahan kicauan dimasyarakat pastinya, dan ada konsekuensi dari
hal tersebut. Sulit lho, menahkodai Negara yang menurut saya besar seperti
Indonesia ini. Jokowi selaku Presiden Indonesia pasti punya alasan untuk menaikkan harga BBM, dan tidak sembarangan mengambil keputusan yang menyangkut
tentang perekonomian untuk masyarakatnya. Alasannya,
Kita
sebagai masyarakat sangat boros untuk penggunaan BBM, “Boros ? ” Ya, kita
sangat konsumtif sekali dan sangat-sangat boros. Jujur saja, sebagai contoh:
Ada angkutan umum namun anda memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi, lalu
anda berkata kalau naik angkutan umum akan membuat anda tidak bisa cepat atau
keadaan panas didalam angkutan umum. Bahkan anak-anak zaman sekarang lebih
memilih mengendarai kendaraan pribadi dibandingkan menggunakan angkutan umum,
biar kelihatan keren, gaul. Nah, alasan anda itu yang membuat anda terlalu
berlebihan dan bahkan manja.
Subsidikan
BBM untuk hal-hal yang penting. Sungguh ironi memang, Negara yang katanya kaya
akan sumber daya alam tapi masih subsidi BBM. Masyarakatnya yang bodoh? Atau Presidennya
yang bodoh? Nah, bagaimana anda menanggapinya, Negara kita ada sumber daya
alamnya, tapi yang mengelolah siapa? Kita sebagai masyarakat Indonesia? Atau Orang
asing? Perlu adanya keseriusan dalam diri masyarakat Indonesia, jangan
bergantung pada bangsa asing.
Pemberian
BBM yang bersubsidi tidak dikenal oleh Negara lain. Maksudnya apa ya? “ tidak
dikenal oleh Negara lain ”. Istilah subsidi adalah bantuan bagi yang tidak
mampu, lalu yang mampu bagaimana? Ya, sudah jelas berarti tidak boleh
menggunakan yang bersubsidi. Fakta yang didapatkan dilapangan, apakah sesuai dengan
penggunaan istilah tersebut? Subsidi kok mampu mempunyai kendaraan pribadi “Mewah”,
Hai, penguasa apakah kalian mengambil hak yang bukan hak anda? Akan lebih baik
jika penggunaan yang bersubsidi terutama BBM bersubsidi dialihkan saja ke
sektoral yang menyangkut untuk kepentingan masyarakat yang menengah kebawah dan
masyarakat yang kurang mampu, dibandingkan dengan adanya Subsidi BBM, lantas
jika ditiadakan Subsidi BBM, apakah masyarakat akan merasa tidak kekurangan?
Ya, tentu inilah yang dinamakan polemik, disuatu sisi ada yang terugikan dan ada
yang diuntungkan. Berfikir bila kita tidak akan kekurangan itu salah, karena
pada hakikatnya manusia pasti kekurangan. Tetapi lebih baik jika dipergunakan
untuk sesama yang memerlukannya. Sebagai contoh pengalihan subsidi BBM ke
bidang pendidikan, membanngun sekolah, membiayai pelajar yang kurang mampu
tetapi berprestasi, membiayai kebutuhan yang diperlukan oleh tenaga
profesionalisme seorang guru, dibidang ekonomi pengalihan subsidi BBM bisa
digunakan untuk pembuatan operasi pasar murah untuk masyarakat kurang mampu dan
dibidang kesehatan pengalihan subsidi BBM bisa membuat rumah sakit untuk
masyarakat yang kurang mampu, ya ada istilah “SAKIT ITU MAHAL” namun apakah
yang sakit hanya masyarakat yang mampu? Lalu masyarakat yang kurang mampu tidak
bisa sakit? Dan kebutuhan disektoral lainnya. Nah, jauh lebih bermanfaat, kan?
dibandingkan harus mempertahankan BBM.
Makanya
solusi terbaik adalah mengubah pikiran-pikiran yang dangkal, jangan sampai kita
mempeributkan sana-sini tanpa ada hasil yang jelas. Buat inovasi terbaik,
ciptakan hal-hal baru, memperbarui dan mengkonversikan BBM ke BBG (Bahan Bakar
Gas) biar lebih irit untuk masyarakat Indonesia yang super konsumtif,
pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme di tubuh Pemerintahan baik dipusat
ataupun didaerah karena dengan korupsi lah membuat imbas ke masyarakat yang
kurang mampu, Menaikkan harga Pajak untuk pembelian kendaraan Pribadi dan bisa
menekan angka penggunaan BBM, dan solusi terbaik untuk masyarakat yang kurang
mampu, buatlah diri anda dengan bekal ilmu pengetahuan yang mampu bersaing
dengan yang lain apalagi ditambah dengan munculnya era MEA (Masyarakat Ekonomi
Asean), jangan patah semangat akan hal kenaikkan harga BBM karena mengeluh
bukanlah jalan terbaik, jadilah seseorang yang tangguh atas beban dalam
kehidupan ini.
Mengharapkan akan
adanya subsidi, apalagi turunkan BBM? Sungguh anda SANGAT MANJA.