AKU ADALAH DIRIKU
Nama saya Fetra Suseno
Siahaan, nama panggilan saya Fetra, atau sering juga di panggil Fetsu, Fetsu
adalah singkatan dari nama lengkap saya, bagi teman-teman silahkan pilih sesuka
hati. Ayah saya bernama Perlin Siahaan, ayah saya sudah meninggal pada tanggal
4 Maret 2014 dikarenakan sakit Jantung dan ibu saya bernama Nurka Samosir. Saya
anak kedua dari dua bersaudara, dan saya adalah anak ke-dua. Saat ini saya
tinggal di kabupaten Bekasi, tepatnya di Perumahan Papan Mas blok F 30 No 36,
Rt/Rw 06/09 Desa Setia Mekar, Kecamatan Tambun Selatan. Saya lahir di Bekasi
tanggal 9 bulan Januari tahun 1996.
Sejak dari bayi hingga
menginjak umur 3 tahun, saya sering terserang penyakit, dahulu memang rentan
sekali saya terserang penyakit, dikarenakan kondisi saya pada saat bayi memang
kurang daya tubuh. Sering masuk ke Rumah Sakit, tidak hanya kondisi tubuh yang
lemah, tetapi saya ada kekurangan dalam fisik saya, kekurangan dalam diri saya
adalah tangan kanan saya yang kurang fungsi atau sedikit ada kecacatan, saya
pun menjadi kidal.
Saya dilahirkan dengan
ke dua orang tua saya berasal dari suku batak. Ayah berasal dari Sibolga,
Sumatera Utara, dan ibu saya berasal dari Onanrunggu, Pesisir pantai Danau
Toba, Sumatera Utara. Pernah saya pada umur 5 tahun pulang kampung, saya
merasakan pada saat itu, sungguh indah sekali pemandangannya, dan menjadi
bagian yang tak terlupakan.
Tahun 2000, saya mulai
beraktivitas selayaknya anak-anak kecil lainnya, saya pun didaftarkan oleh
orang tua untuk memulai pendidikan. Saya memasuki Taman Kanak-kanak, tepatnya
di TK Putra Wacana.
Tahun 2001, saya mulai
memasuki bangku sekolah dasar. Saat itu saya bersekolah di SD Putra Wacana,
selama dua tahun saya belajar disekolah itu. Menginjak kelas III SD, keluarga
sayapun kembali memutuskan untuk memindahkan saya di Sekolah Dasar Negeri Setia
Mekar 02. Saat SD adalah masa yang paling enak untuk bermain dengan
teman-teman, tak lupa pada saat itu saya mengalami hal terpuruk. Dimana saya
merasakan tinggal kelas pada saat kelas 5 SD, saya pada saat itu memang
terbilang sangat-sangat bodoh. Saya pun akhirnya lulus dengan 7 Tahun lamanya.
Setelah itu saya
melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi di SMPN 6 Tambun Selatan,
selama tiga tahun saya berangkat sekolah ketempat tersebut dengan berjalan kaki.
Saat itu saya memang merasa lelah dan berat dalam mencari ilmu, namun saat itu
pula saya sadar, betapa nikmatnya hidup yang diberikan Tuhan saya, yaitu Allah
swt., kepada saya. Sebab saya tahu diluar sana masih banyak anak-anak yang
bahkan merasakan bangku sekolah dasarpun tidak, apalagi melanjutkan kejenjang
yang lebih tinggi seperti saya.
Tahun ajaran 2009/2010 saya
lulus dari SMP tersebut dan melanjutkan sekolah lagi di SMAN 3 Tambun Selatan.
Disinilah saya mulai membangun cita-cita, mimpi dan harapan saya kedepan.
Cita-cita berawal dari
mimpi
Ketika saya duduk
dibangku kelas X, saya mendapat sebuah pertanyaan yang sebenarnya sering saya
dengar dan sering pula saya jawab, namun tak pernah memikirkannya lebih jauh
lagi. Pertanyaannya sederhana, tetapi tetap saja membuat saya berpikir 1000
kali lagi untuk menjawabnya, pertanyaan itu adalah: cita-cita kamu mau jadi apa?
…
Saya ingat, pertanyaan
tadi sebenarnya sudah terlontar sejak saya masih kanak-kanak dan saat itu pula
saya sudah bisa menjawabnya. Bedanya dengan sekarang, saya menjawab pertanyaan
tersebut dengan sebuah keyakinan atas dasar pemikiran saya sendiri.
Dulu, saya menjawabnya
asal. Hari ini saya jawab ingin menjadi dokter, besok saya jawab ingin menjadi
guru, esoknya lagi saya menjawab menjadi pilot, esoknya lagi saya jawab ingin
menjadi arsitektur, begitulah seterusnya.
Setelah itu, sayapun
lebih berhati-hati dalam menentukan cita-cita juga mencari jati diri saya. Saya
pun kini menemukannya.
Saya ingin menjadi Programmer.
Mengapa? Hal tersebut
sebenarnya berkaitan dengan kegemaran saya dalam bermain komputer dan memainkan
Game di PC, namun yang lebih saya minati adalah Codingan yang merupakan suatu
tantangan yang sangat asyik buat saya. Bukan hanya itu. Saya juga gemar
mengkhayal, barmain dalam ‘mimpi’ dan saya pikir, dari pada saya asyik sendiri
bermain di komputer, lebih baik saya berbagi keasyikkan itu dengan yang
lainnya. Yaitu saya mengkhayal bisa menjadi salah satu pembangun, penyemangat
dan pembangkit bagi orang-orang ingin sama dengan cita-cita saya. Amin.
Jelang kenaikkan kelas,
sebelumnya saya harus menentukan jurusan mana yang saya pilih. IPA atau IPS?
Akhirnya tanpa memilih, sayapun ditempatkan dikelas IPA.
I am in science
Awalnya saya merasa
enjoy dengan jurusan ini. Setelah beberapa bulan saya jalani, ternyata…. berat.
Fisika dengan sederet rumusnya, kimia dengan nama-nama anehnya, biologi dengan
hafalannya. Lalu sayapun melihat garis keturunan saya. Sepertinya saya salah
jurusan, itulah yang saya pikirkan saat itu. Karena ayah saya sewaktu SMA
mengambil jurusan IPS, ibu saya lulusan SMEA atau sekolah menengah EKONOMI atas
yang jelas-jelas masuk ke IPS, lalu kakak sayapun pada saat kuliah memilih
jurusan EKONOMI. Saat itu saya merasa tidak bisa apa-apa dijurusan IPA.
Jadi? Mengapa saya
mengambil langkah nekad untuk tetap bertahan di IPA ini? Saat itu saya hanya
mengikuti ‘arus. Namun saat ini saya tahu jawabannya. Itu karena jalanNya.
Pemikiran saya akan ‘salah
jurusan’ langsung sirna. Saya yakin, apabila Tuhan telah memilihkan jalan untuk
saya, maka itulah jalan yang benar, saya juga menjadi yakin, bahwa saya bisa
dijurusan IPA, karena saya ingat sebuah petuah. “Tuhan tidak akan memberikan
cobaan yang diluar kemampuan hambaNya untuk menyelesaikan cobaan tersebut.” Ya
kan?! Selain dari itu sayapun percaya pada guru-guru saya yang memilihkan
jurusan IPA, karena mereka menempatkan saya di IPA pastinya dengan sebuah
alasan, dan mungkin (mudah-mudahan) itu karena mereka percaya bahwa saya bisa
dijurusan ini. Amin.
Dan disekolah sayapun
mengikuti Organisasi Siswa Intra Sekolah. Disini saya dilatih untuk lebih
percaya diri, lebih berani untuk mengemukakan pendapat. Dan disini pulalah saya
menemukan motto hidup saya.
“Lebih baik
mendatangkan keajaiban, daripada menunggu keajaiban datang.”
Maksudnya saya lebih
suka mengejar suatu hal yang dapat mendatangkan keajaiban daripada menunggu
suatu hal tersebut, karena hal itu tak akan datang dengan sendirinya apabila
kita tidak berusaha untuk mendapatkannya. Dan dengan diimbangi do’a tentunya.
Pada saat dibangku
kelas XI saya menjadi orang yang super aktif dalam kegiatan OSIS di sekolah, dan
hal dalam pelajaran di sekolah pun saya sempat menurun, ini karenakan memang
saya pada waktu itu sedang dalam pikiran yang membuat saya buntu, hingga saya
meluapkan emosional saya pada kegiatan-kegiatan di OSIS, dan melupakan belajar.
Ingat pada saat sedang
asyik dengan agenda OSIS yaitu lari pagi dengan pengurus OSIS, saya mendapatkan
kabar dukacita. Memang pada saat itu saya sedang lagi di luar rumah, dan hal
ini membuat saya kaget dan terheran. Kabar itu datang pada ayah saya, yang
meninggal dunia. Sedih yang saya alami pada saat itu, tanpa ada kepikiran sama
sekali bahwa ayah bisa secepat itu di panggil oleh Maha Kuasa. Mungkin inilah
jalan terbaik menurut perkataan orang-orang, tetapi yang namanya kehilangan itu
pasti susah untuk dipercaya, down dan nilai pun turun akibat hal tersebut.
Masih dan masih bingung kenapa bisa terjadi? Itu lah pertanyaan di benak saya
pada saat itu, kekacauan pun terjadi, sempat ada perasaan depresi. Depresi? Ya,
saya mengingat kenakalan saya yang saya lakukan ke ayah saya, dan saya telat
untuk meminta maaf kepadanya.
Harapan
Saat itu saya duduk
dibangku kelas XII masih dengan jurusan IPA, yang dalam jangka waktu dekat saya
akan menghadapi sederet peristiwa mengerikan namun juga tak kalah penting.
Yaitu; Ujian Praktik, Ujian Sekolah dan Ujian Nasional.
Saya juga sangat ingin
melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi, yaitu kuliah, namun dikarenakan
keadaan ekonomi keluarga saya yang kurang mendukung, sayapun bertekad untuk
berusaha mendapatkan bangku pendidikan itu tanpa memberatkan kedua orangtua
saya, tentunya dengan cara yang halal. Saya mengikuti program bidik misi.
Sayapun berharap semoga saya diterima dalam program bantuan dana pendidikan
ini. Amin.
Jikapun Tuhan belum
menghendakinya saya akan terus berusaha mencari sekolah dengan biaya ringan,
kalaupun masih belum saatnya, saya yakin, kapanpun itu, dengan cara halal, Tuhan
akan membantu saya. Amin.
Dan apabila saya bisa
mendapat program bidik misi tersebut, saya akan mencari universitas yang
mengadakan jurusan Sistem Informasi, atau Teknik Informatika pun tak apa. Lalu
apabila saya sudah lulus, saya akan berusaha mencari pekerjaan dan membuat
hidup keluarga saya mapan. Amin.
Mereka yang kusayangi
Harapan saya tak akan
terkabul tanpa restu dari orang-orang yang saya sayangi, yang utama adalah
kedua orangtua saya, lalu saudara, guru dan sahabat-sahabat saya yang
senantiasa berbagi cerita dengan saya. Dan yang utama dari yang utama adalah Tuhan.
tanpaNya aku lemah, tanpaNya aku sesat, tanpaNya aku bukan siapa-siapa.
Saat ini saya mendapatkan
Universitas swasta, yaitu Universitas Gunadarma. Dan saya pun akhirnya memilih
sesuai dengan jurusan saya. Tetapi saying bagi teman-teman saya yang bisa
dibilang masuk Universitas Gunadarma itu hanya karna tidak lolos SNMPTN, dan
akhirnya salah memilih jurusan.
Sekarang saya kuliah
memasuki semester 3, dan mungkin ke depannya akan jauh lebih berat lagi
tanggung jawab serta tugas-tugas yang akan saya terima sebagai mahasiswa.
Tetapi bagi saya, semangat hidup itu pilihan yang mutlak.
Terimakasih yang tak
terhingga untuk Tuhan. dan kedua orangtua saya. Terimakasih yang
sebanyak-banyaknya untuk orang-orang yang selalu mendukung saya. Terimakasih.
Satu lagi kutipan
favorite saya, datangnya dari otak jenius Albert Einstein.
“hal indah yang dapat
kita alami adalah misteri. Misteri adalah sumber semua seni sejati dan semua
ilmu pengetahuan.”